Rabu, 05 Juni 2013

Pelaksanaan e-Ticket Komuter Masih Mulur Mungkret

INILAH.COM, Jakarta - Pelaksanaan e-ticketing komuter mulur mungkret. Penyebabnya karena ketidaksiapan atau ketidakcukupan infrastruktur. Konsumen tak bisa dijadikan penyebab dominan sebab calon penumpang hanya mengikuti apa yang sudah disediakan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) dengan sedikit kebingungan.

Dewasa ini jumlah loket yang tak sebanding dengan arus calon penumpang dan lagi proses pembuatan e-ticket relatif lambat. Dampaknya penumpang harus antre dalam waktu yang lebih lama, padahal mereka harus buru-buru sampai di tempat tujuan.

Tambahan lagi jumlah e-gate tidak memadai, serta proses melewatinya tidak nyaman. Yang pertama kali harus dilakukan penumpang adalah menempelkan kartu ke sensor lalu menunggu lampu warna hijau menyala dan kemudian menerobos satu batang penghalang. Dalam proses ini ada keraguan psikologis sebab bagian atas kaki harus menabrak palang itu, kalau mulus tak masalah tetapi bagaimana kalau tiba-tiba macet?

Proses e-ticketing kereta api memang tak beda dengan Trans Jakarta, baik tiket nya maupun peralatannya. Mengapa penyelenggara tak belajar dari pengalaman pengelola Trans Jakarta, dimana palang e-tciket itu lebih banyak mudharatnya.

Angkutan massa di luar negeri menggunakan pintu yang penghalangnya ditarik ke samping hingga calon penumpang melihat tak ada lagi penghalang di depannya. Adapun karcisnya dimasukkan ke dalam mesin dan keluar di ujung mesin yang lain.

Kalau diurut lebih jauh ke belakang, penyebab utama adalah lahan dan struktur stasiun di Jabodetabek tidak disiapkan untuk menampung ratusan hingga ribuan penumpang. Kebanyakan stasiun itu warisan Belanda yang ketika dibuat dulu seperti Cilebut, Bojong Gede atau Citayam tak terpikirkan bakal seramai sekarang.

Bahkan pemerintahan Republik Indonesia pun tak banyak mengutak-atik stasiun kecuali ketika datang bantuan Jepang. Maka dibangunlah stasiun Cikini, Gondangdia, Gambir dan seterusnya dalam versi yang baru, itupun masih ribet sebab jumlah e-gatenya tak cukup.

Penggunaan e-ticket direalisasikan dengan kurang memperhitungkan luas lahan. Bila calon penumpang kereta api lebih banyak lagi, maka stasiun menjadi titik simpul kemacetan baru.

Pada stasiun yang lebih modern, pembelian e-ticket dilakukan secara otomatis dan biasanya mesin penjualan ticket ditempatkan di dinding. Calon penumpang membawa ticket, lalu memasukkannya ke dalam mesin dan penghalang bergerak menyamping.

Karcis keluar lagi di ujung mesin yang lain dan diambil penumpang. Ketika digunakan di stasiun tujuan, karcis tak ditelan mesin melainkan keluar lagi sebab secara otomatis sudah tercatat. Karcis inilah yang kerap dibawa pulang turis sebagai kenang-kenangan.

Bayangkan bila kelak PT KAI menggunakan mesin serupa di atas. Turis mancanegara tentu akan cerita tentang nikmatnya berenang di Situ Citayam sambil memperlihatkan karcis stasiun Citayam, sebagai bukti. Leyeh-leyeh sambil makan selected mixed vegetables with peanut sauce, beancurd cakes dan anchovy crackers, katanya. [mdr]

06 Jun, 2013


-
Source: http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1996833/pelaksanaan-e-ticket-komuter-masih-mulur-mungkret
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar