Kamis, 06 Juni 2013

Ribuan Warga Meranti Huni Rumah Tak Layak

INILAH.COM, Selatpanjang - Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Meranti, ternyata belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Buktinya, lebih dari 3000 warga di berbagai pelosok desa masih menghuni rumah tak layak.

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja Kabupaten Kepulauan Meranti Drs Askandar, Kamis (6/6), mengungkapkan hal ini di Selatpanjang. Menurutnya, warga yang tinggal di rumah tak layak huni ini sebagian besar berada di pelosok pedesaan di luar kota Selatpanjang.

"Angka pastinya saya lupa berapa, kita perkirakan lebih dari 3000 jiwa. Mereka ini tersebar di pelosok-pelosok pedesaan. Sebagian besar berada di luar kota Selatpanjang," ungkap Askandar.

Ia mengatakan, pada umumnya mereka merupakan nelayan tradisional, buruh nelayan dan buruh tani. Rata-rata mereka tidak memiliki pendapatan tetap dengan nilai penghasilan di bawah upah minimum kota (UMK). "Termasuk didalamnya Komunitas Adat Tertinggal (KAT) yang bekerja sebagai buruh tebang tual sagu," kata Askandar.

Mahalnya harga bahan material diduga menjadi penyebab warga tak mampu membangun rumah layak. Bahan material seperti kayu juga sulit didapat. Kondisi ini dipersulit lagi dengan tingginya angka inflasi di Meranti. Harga kebutuhan hidup menjadi mahal. Dengan penghasilan pas-pasan, warga hanya bisa memenuhi kebutuhan dasar.

Biyah (45), janda beranak satu warga Desa Kedaburapat, adalah salah satu warga miskin di Meranti yang belum memiliki rumah layak huni. Biyah yang bekerja sebagai buruh penderes karet terpaksa harus menumpang di rumah orang tuanya. Meski punya sebidang tanah untuk tapak rumah, penghasilannya tak cukup untuk membuat rumah layak. Tabungannya habis untuk biayai hidup.

"Mimpi untuk punya rumah sendiri sepertinya sulit untuk ditunaikan. Biaya hidup makin mahal. Sebagian uang tabungan sudah terpakai untuk biaya hidup. Apalagi anak juga harus sekolah. Tentu butuh biaya untuk beli buku, baju seragam sekolah. Sekarang semua serba mahal. Dengan apa saya harus membiaya pembangunan rumah?" kata Biyah polos.

Menyikapi kondisi ini, kata Askandar, tahun 2013 Pemkab Meranti mengalokasikan anggaran pembangunan untuk 91 unit Rumah Layak Huni di 9 kecamatan. "Desa mana saja yang mendapat alokasi RLH, kita akan klarifikasi ke pihak kecamatan" ungkapnya.

Data Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Kepulauan Meranti, dari 38% angka kemiskinan di Meranti, sebaran tertinggi angka keluarga miskin berada di Kecamatan Pulau Merbau. Tingkat pendapatan rata-rata penduduk miskin di pulau terluar ini, berada dibawah Rp1,2 juta per bulan.

"Dari sembilan kecamatan di Meranti, angka tertinggi sebaran kemiskinan ditemukan di Kecamatan Pulau Merbau" tambah Askandar.

Camat Pulau Merbau Wan Abdul Malik, Kamis (6/6) mengatakan, Kecamatan Pulau Merbau yang berpenduduk 20 ribu jiwa ini tak hanya dihadapkan pada banyaknya warga miskin. Tetapi juga miskinnya infrastruktur jalan yang menjadi akses ekonomi pulau itu. Akibatnya, penduduk sulit membawa hasil kebun dan pertaniannya.

Di sisi lain, harga barang kebutuhan pokok sangat mahal akibat mahalnya upah angkut barang. "Belum terbangunnya akses jalan poros menyulitkan warga pergi ke pusat Kota Selatpanjang. Untuk ke sana, warga terpaksa menempuh jalan laut 1-2 jam. Ini yang menyebabkan mahalnya harga kebutuhan barang pokok di daerah ini" ungkapnya.

Selain itu, Kecamatan Pulau Merbau juga daerah yang dikategorikan Rural Jaringan listrik PLN. Lebih dari 14 ribu warga di berbagai pelosok pedesaan di Kecamatan Pulau Merbau belum dialiri listrik. Kondisi ini membuat kemiskinan di Pulau Merbau semakin buram dan gelap.

"Sampai hari ini, PLN baru menyentuh warga di dua desa yakni, Desa Teluk Ketapang dan Desa Semukut. Selebihnya, sepenggal malam hingga pagi tidur diterangi lampu teplok," katanya.

Wan Abdul Malik mengatakan, masyarakat dan Pemda Kecamatan Pulau Merbau menaruh harapan agar Pemkab Meranti menaruh perhatian khusus terhadap persoalan infrastruktur jalan, alokasi Rumah Layak Huni (RLH) dan penerangan listrik di Meranti. [ton]

07 Jun, 2013


-
Source: http://sindikasi.inilah.com/read/detail/1997045/ribuan-warga-meranti-huni-rumah-tak-layak
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar