Sabtu, 08 Januari 2011

Sudwikatmono Meninggal

Jakarta, Kompas - Dengan didampingi istri tercintanya, Soelastri, pengusaha H Sudwikatmono Prawirodihardjo (76) meninggal dunia, Sabtu (8/1) sekitar pukul 05.00 waktu setempat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura.
Sudwikatmono meninggal dunia setelah dirawat dan berjuang melawan berbagai penyakitnya sejak tiga bulan terakhir.
Saudara sepupu mantan Presiden Soeharto itu meninggal dunia akibat komplikasi penyakit hipertensi, jantung, dan juga diabetes.

Jenazah almarhum langsung diterbangkan dari Singapura menuju Jakarta dengan menggunakan pesawat terbang Pelita Air dan tiba di Bandar Udara Halim Perdanakusuma sekitar pukul 16.30.
Dari Halim, jenazah Sudwikatmono langsung dibawa dan tiba di rumah duka, Bukit Golf Pondok Indah PA 10, Jakarta Selatan, sekitar pukul 18.35. Rencananya pemakaman akan dilaksanakan Minggu siang.
Jenazah akan dimakamkan di pemakaman San Diego Hills, Karawang Barat, Jawa Barat, sesuai permintaan almarhum, setelah pukul 12.00.
Tekad keras
Sudwikatmono dikenal pekerja dengan tekad keras. Dia lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, pada 28 Desember 1934, sebagai anak ketujuh dari 10 bersaudara. Dia meninggalkan seorang istri, empat anak, dan delapan cucu.
Dia juga dikenal sebagai pendiri dan mantan pemilik PT Bank Surya, Komisaris PT Bogasari Flour Mills, dan Komisaris PT Indika Entertainment.
Pada tahun 1980-an Sudwikatmono juga dikenal dengan terobosan bisnis memodernisasi bioskop di dalam negeri, dengan membangun jaringan bisnis pertunjukan film dan bioskop di bawah bendera 21.
Menurut Tri Widodo, juru bicara keluarga Sudwikatmono, sejumlah anak mantan Presiden Soeharto hadir di kediaman. Hal itu wajar mengingat Sudwikatmono memang bersepupu dengan Soeharto.
Anak Soeharto yang datang melayat seperti Siti Hutami Endang Adiningsih Pratikto (Mamiek) dan Siti Hediati (Titiek). Tampak pula adik tiri Soeharto, Probosutedjo, dan juga mantan menantu Soeharto, Prabowo Subianto, hadir di rumah duka.
Baik Prabowo maupun Probosutedjo sama-sama menggarisbawahi sikap kedermawanan Sudwikatmono semasa hidup. Sudwikatmono dikenal murah hati dan sering memberikan bantuan, terutama pada setiap acara keagamaan dan kepada para fakir miskin.
Sudwikatmono juga aktif dalam sejumlah yayasan pemberi beasiswa, seperti Yayasan Seni Rupa Indonesia dan Yayasan Bakti Mulya. Kedua yayasan itu bergerak di bidang pendidikan dan pengajaran. Selain itu, Sudwikatmono juga mendanai pembangunan Masjid Pondok Indah.
Saat dimintai tanggapan di rumah duka, Prabowo mengatakan ia juga sangat merasa kehilangan dengan kepergian Sudwikatmono. Prabowo mengaku sangat terkenang dengan berbagai bantuan yang pernah diberikan semasa hidup almarhum.
Lebih lanjut menurut Tri Widodo, yang juga keponakan Sudwikatmono, hingga menjelang akhir masa hidupnya, Sudwikatmono masih aktif berkantor di gedung Indocement, Jakarta.
”Bapak (Sudwikatmono) sebetulnya pergi ke Singapura untuk menemani ibu (istrinya) periksa kesehatan ke Amerika Serikat. Sebetulnya tidak direncanakan berobat ke Singapura. Namun, mendadak ketika di sana Bapak sakit, lalu dibawa ke Rumah Sakit Mount Elizabeth,” ujarnya.
Tri melanjutkan, Sudwikatmono juga sempat menjalani perawatan cuci darah, bahkan sampai menjelang dia meninggal. Proses cuci darah berlangsung setiap hari selama satu bulan.
Istri dan keempat anaknya berjaga di rumah sakit menemani Sudwikatmono hingga akhir hayatnya. Pemakaman Sudwikatmono dikabarkan juga baru akan digelar setelah kedatangan salah seorang anaknya dari Amerika Serikat.
Hingga Sabtu malam, sejumlah tokoh datang bergantian ke rumah duka, seperti politisi senior Akbar Tandjung. Berbagai rangkaian bunga tanda dukacita memenuhi jalan sepanjang menuju kediamannya.
Dalam salah satu karangan bunga tampak tertulis nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri dan pejabat, seperti Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin Zahedy Saleh, dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.
Karangan bunga dari mantan Presiden BJ Habibie juga tampak di lokasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar