JAKARTA, KOMPAS - Membangun skil entrepreneur tidak sekaligus dengan langsung menciptakan sebuah usaha baru atau menjual produk, apalagi yang dibutuhkan adalah entrepreneur handal berbahasa Inggris. Menanamkan pola pikir entrepreneur dan keberanian "cuap-cuap" rasanya lebih baik.
Demikian diungkapkan Center Director Wall Street Institute (WSI) Yusuf Seto di acara final program Social Club-Entrepreneurial Xperience WSI di WSI Ratu Plaza, Jakarta, Kamis (25/11/2010) malam. Program Social Club-Entrepreneurial Xperience tersebut, kata dia, merupakan rangkaian kegiatan presentasi produk bisnis yang disampaikan dalam bahasa Inggris.
"Bukan bicara apa yang dijual, tapi bagaimanastudent memiliki keberanian mengembangkan peluang bisnis baru sambil tetap melatih keberaniannya berbahasa Inggris," ujar Yusuf.
Yusuf menuturkan, para siswa diharuskan membentuk tim untuk membuka sebuah peluang bisnis baru. Hanya, bisnis tersebut punya relasi yang kuat dengan kemampuan berbahasa.
"Juri menilai berdasarkan kreativitasnya, inovasi produk, serta kepercayaan diri mereka dalam mempresentasikan ide-ide produknya itu di hadapan juri dan penonton dalam bahasa Inggris," kata Yusuf.
Tim dari WSI Central Park, misalnya. Tim tersebut menawarkan ide "World of Words", yaitu sebuah alat simulasi kata-kata berbahasa Inggris yang terbuat dari kalender kertas daur ulang.
Lain halnya tim dari WSI Ratu Plaza. Tim ini menyajikan ide bisnis yang mereka namakan dengan "Learn Mate", yaitu sebuah kacamata yang mampu memfilter (scan) nama sebuah benda dan menerjemahkannya langsung ke dalam bahasa Inggris.
"Ide-ide ini lahir dari para siswa dan meskipun relatif ide simpel ternyata banyak yang menarik dan secara kacamata bisnis sangat prospektif dikembangkan," timpal Dini Surono, pengusaha muda yang didapuk menjadi juri.
Keluar sebagai pemenang pertama malam itu adalah tim WSI Central Park dengan produk bisnisnya, "World of Words", yang disusul di tempat kedua oleh WSI ratu Plaza dengan "Learn Mate", ketiga dari dari WSI La Piazza dengan produknya "Totti", dan keempat oleh tim dari WSI Pondik Indah dengan inovasinya berupa produk software "Hype".
"Sekali lagi, yang harusnya ditekankan itu adalah keberanian mereka untuk membuat bisnis baru dan berbicara di depan orang banyak dengan bahasa Inggrisnya, bukan apa yang harus dia sajikan," lanjut Yusuf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar