JAKARTA, KOMPAS - Pendidikan dan pengajaran yang telah diselenggarakan saat ini belum berhasil melahirkan pemimpin-pemimpin nasional yang tangguh melaksanakan dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Pada tataran kenegaraan, peran negara sebagai "Negara Pengurus" yang harus melaksanakangood governance masih jauh untuk dikatakan berhasil.
Demikian dipaparkan oleh pengamat ekonomi Sri-Edi Swasono dalam orasi ilmiahnya memperingati Dies Natalis XXV, Wisuda Sarjana XXIII, serta Wisuda Pascasarjana X Universitas Mercu Buana, Senin (15/11/2010), di Plenarry Hall-JCC, Jakarta. Sri-Edi mengungkapkan, nyaris semua persoalan-persoalan negara tidak selesai, yang bahkan terus bertambah tanpa ditangani dengan baik, mulai dari urusan kedaulatan negara, bencana alam, hingga korupsi sebagai biang keladi terparah dalam pemerintahan RI saat ini.
"Apakah ada masalah korupsi yang benar-benar bisa selesai sampai akhirnya muncul kasus korupsi yang lain seperti Century hingga Gayus. Bahkan, di tengah-tengah kita memperingati Hari Pahlawan saat ini, kita harus Krakatau Steel. Kita memang tidak punya good governance," ujar Sri-Edi.
"Apakah ada masalah korupsi yang benar-benar bisa selesai sampai akhirnya muncul kasus korupsi yang lain seperti Century hingga Gayus. Bahkan, di tengah-tengah kita memperingati Hari Pahlawan saat ini, kita harus Krakatau Steel. Kita memang tidak punya good governance," ujar Sri-Edi.
Dia mengatakan, pemahaman yang dangkal tentang pendidikan internasional selama ini membawa kita melupakan pendidikan karakter bangsa sendiri. Pengembangan karakter bagi anak-anak bangsa sejak dini hingga di perguruan tinggi sangat diperlukan, terutama dalam kaitannya dengan upaya pembentukan rasa cinta Tanah Air, memelihara kebersamaan dan semangat kekeluargaan.
"Tugas utama pendidikan kita adalah membina watak, membangun karakter. Lebih khusus dari itu, tujuan pendidikan kita yang murni adalah menyusun harga pribadi pada jiwa seorang pelajar," tukasnya.
Kalau tujuan pendidikan tersebut tidak dipegang teguh, lanjut Sri-Edi, maka pendidikan tersebut merupakan konsep dan tujuan pendidikan yang setengah-setengah dan cacat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar