Add caption |
KOMPAS - ”Sorry saya baru kembali dari Praha semalam & baru buka bbm. Kita semua salut pada semangat pemerintah dan rakyat Chile yang berjuang keras menyelamatkan para penambang. Kemauan & sikap tidak menyerah dikombinasi dengan teknologi akhirnya bisa mengatasi masalah besar dan menghindari tragedi yang besar. Salam. Dewi”
Demikian pesan asli tanpa diedit dari pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Dewi Fortuna Anwar, Jumat (15/10/2010), mengomentari kisah penyelamatan 33 petambang Cile.
Prof Dr Adler H Manurung, pengamat pasar uang, juga tak ketinggalan. ”Bagus sekali karena memberikan atau mendorong serta memotivasi kita untuk menghargai rakyat, tidak seperti kasus lumpur yang tak pernah beres itu.”Demikian pesan asli tanpa diedit dari pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Dewi Fortuna Anwar, Jumat (15/10/2010), mengomentari kisah penyelamatan 33 petambang Cile.
Pujian pun datang dari Presiden AS Barack Obama. ”Upaya penyelamatan itu tidak saja merupakan hasil dari determinasi para petugas penyelamat dan Pemerintah Cile, tetapi juga mengukuhkan kesatuan dan cara penyelesaian yang ditunjukkan rakyat Cile yang memberi inspirasi kepada dunia.”
Cile dan Presiden Sebastian Pinera (60), yang sudah kaya sebelum menjadi presiden pada Maret tahun ini, adalah otak di balik semua ini. Pinera menang dalam pemilu menuju kursi presiden, juga meniru Obama dalam tema kampanye, yaitu perubahan negara, serta berikrar membawa negaranya menuju era baru dengan persatuan dan keutuhan bangsa.
Mengagumkan, janjinya tak dia campakkan begitu dia duduk di singgasana kepresidenan. Ketika teknisi dan pejabat Cile ragu akan sukses penyelamatan, dia mengatakan, ”Kami akan melakukan penyelamatan sejauh yang bisa dilakukan manusia.”
Reputasi Cile soal efisiensi kini semakin harum dengan operasi penyelamatan yang secara teknis sulit serta menelan biaya sekitar Rp 210 miliar.
Pinera, raja bisnis kartu kredit dan mantan pemilik maskapai penerbangan Lan Chile, memang unik. Dia adalah presiden pertama dari kubu konservatif dalam 20 tahun terakhir. ”Kita kini lebih terhormat.... Negara kecil ini semakin dikenal di dunia. Terima kasih,” kata Pinera, presiden negara berpenduduk 17 juta jiwa dan kaya akan tambang itu.
Popularitas Pinera pun melejit. Hal itu membuatnya mudah meloloskan sebuah undang-undang baru untuk menaikkan royalti hasil pertambangan yang akan dipakai untuk meningkatkan prosedur keselamatan bisnis pertambangan.
Tidak sedikit yang menilainya sebagai seorang oportunis, terutama dari kubu lawan politiknya. Namun, dia adalah presiden yang menyelamatkan 33 orang dari potensi besar kematian.
”Popularitas seperti ini mungkin akan berumur pendek,” kata Carolina Segovia, seorang pakar jajak pendapat dari lembaga think-tank berbasis di Santiago, Centro de Estudios Publicos.
”Tugas utama menantinya, yakni mendorong kebangkitan ekonomi dan memerangi kriminalitas,” kata Segovia.
Cile adalah negara yang tergolong paling maju di jajaran negara berkembang. Namun, rasa puas memang tidak pernah tercapai.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa penyelamatan itu seharusnya memiliki sisi positif terhadap Pinera. ”Langkah penyelamatan menunjukkan keseriusan luar biasa dalam konteks kesabaran, perencanaan, dan sumber daya yang menggarisbawahi potensi Cile sebagai sebuah anggota negara maju,” kata Walter Molano, Kepala Riset di BCP Securities, Greenwich, Connecticut, AS.
”Hal ini memiliki dampak yang panjang soal persepsi dunia mengenai Cile.”
Sindiran
Kantor berita Reuters juga cukup nakal karena membandingkan Pinera dengan mantan Presiden AS George W Bush yang gagal total membangun New Orleans saat diterjang topan Katrina pada 2005.
Presiden AS, yang suka berpidato dengan berapi-api ini, dipermalukan dengan korban-korban Katrina, yang pada umumnya kulit hitam, sementara warga kulit putih menginap nyaman di hotel-hotel.
Pinera bahkan mempermalukan idolanya sendiri, Obama, yang tercemar akibat ceceran minyak di Teluk Mesiko akibat bocornya ladang minyak BP (dulu British Petroleum).
Ah, jangan bandingkan Pinera dengan Presiden Pakistan Asif Ali Zardari yang memutuskan tetap mempertahankan jadwal kunjungan ke Perancis dan Inggris saat jutaan warganya menjadi korban banjir terbesar sepanjang sejarah negara itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar